Kayangan Api di Bojonegoro

KAYANGAN API DI BOJONEGORO
 

    Api Abadi Kayangan Api Adalah berupa sumber api abadi yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kompleks Kayangan Api merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan sekalipun.

  Alkisah, di Desa. Sendangharjo, Kecamatan  Ngasem, Kabupaten Bojonegoro hiduplah seorang pandai besi pembuat pusaka dari Kerajaan Majapahit bernama Empu Supo. Ia mempunyai nama asli ‘Kriyo Kusumo’, namun semenjak menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit namanya berubah menjadi Empu Supo. Waraga sekitar sangat mengaguminya karena keahliannya dalam membuat pusaka. Ia selalu bersemedi meminta petunjuk kepada Sang Hyang Widhi sebelum membakar bahan-bahan pembuatan senjata pusaka di atas tungku api. Hal ini ditujukan agar senjata pusaka buatannya tidak hanya unggul di medan perang namun juga mempunyai kesaktian yang luar biasa.

    Hingga suatu hari, seorang raja dari Kerajaan Majapahit memerintahkan  Sunan Ampel untuk menemui Empu Supo agar membuatkan keris untuknya.  Akhirnya, Sunan Ampel mengumpulkan seluruh pandai besi di Balai Sidang desa Sendangharjo, Kec. Ngasem, Kab. Bojonegoro.Namun, disaat semua pandai besi sudah bekumpul. Empu Supo tidak berkumpul. Hal ini membuat Sunan Ampel marah dan mendatangi Empu Supo.Sunan Ampel pun mengatakan ‘Empu Supo akan tinggal sendiri dan tidak ditemani pandai besi lainnya’.Empu Supo yang juga dilanda amarah menjawab ‘Semua keturunan anak-cucuku tidak ada yang boleh menjadi pandai besi di wilayah desa Sendangharjo’.

    Semenjak itu,Empu Supo memilih untuk meninggalkan  Desa Sendangharjo. Empu Supo pergi ke hutan agar tidak diketahui oleh masyarakat. Di tengah hutan, ia bertapa dan tetap membuat keris. Ia membawa apinya dengan menggunakan batu sebagai alasnya. Ia bertapa selama bertahun-tahun. Sampai saat ini, api yang ia gunakan untuk membuat keris  masih menyala. Api tersebut tidak pernah padam walaupun diguyur hujan. Api yang berlokasikan di Kawasan hutan lindung Ds. Sendangharjo, Kec. Ngasem, Kab,Bojonegoro itupun dikenal sebagai hal yang sakral dan diberi nama ‘Khayangan Api’ oleh masyarakat setempat.

    Kahyangan api, konon, adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pande yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ada bukti historis yang penting yang menguatkan kahyangan api dengan ditemukannnya 17 lempeng tembaga yang berangka 1223 / 1301 Masehi. Penemuan prasasti di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu pada tanggal 12 Maret 1992 tersebut, berbahasa jawa kuno yang menurut penelitian berasal pada zaman Raja Majapahit I yakni, Kertarajasa Jaya Wardhana. Isi dari prasasti tersebut, adalah pembebasan desa Adan-adan dari kewajiban membayar pajak dan juga ditetapkannya daerah tersebut sebagai sebuah sima perdikan atau swantantra. Penghargaan Ini diberikan oleh Raden Wijaya terhadap salah satu rajarsi (pungawa, red) atas jasa dan pengabdiannya yang besar terhadap Kerajaan Majapahit saat itu. Dan rajarsi tersebut tidak lain adalah Empu Supa yang lebih mashur dengan sebuatan Mbah Pande.

     Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun.

    Untuk menuju Lokasi wisata Kayangan Api dapat di tempuh dari Kota Bojonegoro arah selatan (Kira-kira 15Km), sesampainya di Pasar Kecamatan Dander belol ke kanan sudah banyak petunjuk menuju lokasi. Dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono. Tempat wisata ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya. Lokasi kayangan api sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebas (outbound). Dan pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini